Islam adalah agama wahyu yang memiliki misi sebagai rahmat
bagi alam semesta. Al-Qur'an sebagai kitab suci yang terakhir diturunkan dalam
rangka menciptakan perdamaian manusia sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah.
Salam perdamaian itulah yang kemudian menjadikan Islam mencapai kejayaan
disetiap rentang zaman dan diberbagai belahan dunia hingga saat ini.
Islam sebagai agama perdamaian dapat kita lihat dari kata
Islam itu sendiri yang artinya damai, sejahtera dan selamat. Agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw. adalah lanjutan dari ajaran Islam nabi dan rasul
terdahulu. Secara konseptual, ajaran ketuhanan dari nabi dan rasul yang diutus
kemuka bumi ini memiliki nafas yang sama, yakni mengkampanyekan tentang tauhid
dan perdamaian.
Islam sebagai agama damai dapat pula kita lihat dari
historisitas munculnya Islam di Jazirah Arab. Islam periode awal (asaabiqunal
awwalun) disebarkan dengan cara damai dan tanpa pertikaian. Ayat-ayat al-Qur'an
merespon masyarakat Mekkah periode awal dengan sangat santun berupa ajakan
untuk meninggalkan penyembahan berhala dan menyembah hanya kepada Allah.
Untuk menciptakan perdamaian, Al-Qur'an melakukan
periodesasi dakwah atau pentahapan dakwah agar mudah diterima masyarakat Arab.
Sebagai contoh, larangan minum arak (khamr) mengalami pentahapan
beberapa ayat al-Qur'an yang pada mulanya diperbolehkan, bahkan para sahabat
mengkonsumsinya saat hendak menunaikan shalat (Q.S an-Nisa: 43).
Tahap berikutnya (diterangkan) bahwa arak memiliki dampak
buruk yang lebih banyak dibanding manfaatnya (al-Baqarah:219) dan tahapan yang
terakhir (final) karena keimanan para sahabat yang sudah mantap maka arak
diharamkan, sebab bagian dari perbuatan setan (al-Maidah:90).
Jika badan perdamaian dunia atau Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) lahir pada tanggal 4 Oktober 1945, maka nilai-nilai
perdamaian yang diperjuangkan oleh al-Qur'an sudah jauh terlampaui sejak empat
belas abad yang lalu. Nilai-nilai perdamaian itu diantaranya larangan membunuh,
larangan berburuk sangka, menghormati antara pemeluk keyakinan yang berbeda,
saling bekerjasama dan berlomba dalam kebaikan, larangan berperang, mengasihi
kaum dhuafa', keadilan sosial, persamaan derajat, kemanusiaan dan humanisme,
persaudaraan, musyawarah dan sebagainya.
Tak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa ayat tentang
perang (qital) yang juga diakomodir oleh al-Qur'an. Namun, jika kita
bandingkan dengan ayat perdamaian (ishlah), maka tampak bahwa memang ayat
perdamaian yang porsinya lebih besar. Agar tidak salah persepsi tentang ayat al-Qur'an
yang membahas peperangan -sebagaimana tentang konsep jihad fi
sabilillah dan syahid- diperlukan pemahaman secara mendalam dan membutuhkan
keilmuan yang matang. Kesalahan dalam memahami ayat jihad inilah yang kemudian
akhirnya menjadi legitimasi kelompok ekstrim untuk melakukan tindakan anarkis,
radikal dan teorisme atas nama agama. (Suryono Adi Nugroho, Palembang)
Post a Comment