Ads (728x90)

Technology

Lifestyle

Sports

Gallery

Random Posts

Business

Popular Posts

About US

Advertisements

KONTRIBUSI KH. NAWAWI ABDUL AZIZ  TERHADAP PENDIDIKAN:
Dari TPQ Sampai STIQ
Oleh: Abdul Kirom*

KH. Nawawi Abdul Aziz (1925-sekarang. Nama aslinya adalah Nawawi, dan Abdul Aziz merupakan diambil dari ayahnya bernama Abdul Aziz) adalah Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Ngrukem Bantul Yogyakarta, seorang ulama’ yang ‘Alim (memiliki keilmuan yang berkompeten) sekaligus ‘Allamah (di aktualisasikan dalam kehidupan nyata, bahkan lebih dari itu), hampir seluruh jiwa raga beliau di dedikasikan terhadap pendidikan (baik yang bersifat formal maupun pendidikan yang non-formal), tipikal kyai seperti KH. Nawawi Abdul Aziz, pada akhir-akhir ini sulit dijumpai. Mungkin yang ‘Alim banyak, tetapi yang sekaligus ‘Allamah yang jarang. Ke-‘Alim-an beliau ini dapat dirasakan masyarakat sekitar dan juga dirasakan diseluruh nusantara melalui para alumni yang pernah menimpa ilmu di Ngrukem.
Selain itu Ke-‘Alim-an beliau di manifestasikan dengan mendirikan berbagai lembaga pendidikan baik pendidikan non-formal maupun pendidikan formal, mulai Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ) sampai Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ)  yang tidak lain adalah untuk merespon tantangan zaman. Artinya, kaidah “al-muhafadhah ‘ala qadim al-shaleh wa al-akhzdu bi al- jadid al-aslah” (melestarikan dan tidak membuang tradisi lama yang baik, juga tidak menepis dan alergi terhadap tradisi baru yang lebih baik demi menghantarkan para santri untuk bersaing di era global/global competition) benar-benar dipraktekkan dan diimplementasikan sebagai mana mestinya bukan dijadikan sebagai jimat slogan yang pasif. 
Walaupun secara akademik KH. Nawawi Abdul Aziz tidak pernah menuntut ilmu di bangku akademik perkuliahan apalagi keluar negeri, namun ide berlian beliau bisa melampaui yang menuntut ilmu di bangku kuliah atau sampai keluar negeri. Bisa dikatakan produk keilmuan beliau hanya ditempuh di sekitar Pulau Jawa (khas dan asli produk Indonesia). Berdasarkan literatur yang ada bahwa sosok ulama seperti beliau tidak lepas dari latarbelakang perjuangan beliau yang ulet dan tekun dalam menuntut ilmu. Masa kecil beliau belajar dasar-dasar keilmuan agama (madrasah diniyyah) di daerah kelahiran beliau sendiri (Purworejo), kemudian melanjutkan ke Kebumen, pesantren yang mengkhususkan  untuk mempelajari ilmu qaidah-qaidah bahasa Arab, setelah dirasa cukup kemudian mendalami kajian kitab kuning di pesantren Banyuwangi. Setelah berbagai ilmu keagamaan beliau kuasai kemudian beliau melanjutkan untuk menghafal al-Qur’an di Krapyak Yogyakarta. Karena spirit beliau yang mengebu-gebu dalam menuntut ilmu, walaupun sudah menikah beliau  masih menyempatkan diri untuk belajar Qira’ah Sab’ah sampai selesai dengan KH. Arwani di Kudus lebih kurang selama dua tahun.
Perjalanan ilmiah beliau mulai dari Purworejo-Kebumen-Banyuwangi-Yogyakarta sampai Kudus. Kemudian Ngrukem-lah yang menjadi pilihan untuk mentransfer keilmuan beliau pada masyarakat, yang akhirnya memiliki santri yang tersebar di nusantara mulai dari ujung barat Indonesia sampai ujung Timur pulau Indonesia (dari Sabang sampai Merauke). Melalui proses dan perjuangan dalam berpetualangan ilmiyah beliau, sehingga saat ini membuahkan hasil yang terwujud dengan berbagai lembaga pendidikan, yang didirikan beliau bersama Ibu Nyai Walidah Munawwir Krapyak (Alm.) mulai pendidikan non-formal (Pondok Pesantren An-Nur; 1976, Madrasah Diniyah Al-Furqon;1986, Taman Pendidikan Al-Qur’an; 1994)  sampai pendidikan formal (Madrasah Tsanawiyyah; 1994, Madrasah Aliyah; 1997, Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an; 2002).
Sosok KH. Nawawi Abdul Aziz merupakan ulama’ yang inspiratif dan responsif terhadap kepentingan umat dalam aspek pendidikan dan keagamaan. Ini merupakan bukti konkrit sumbangsih beliau terhadap pendidikan, baik pendidikan jasmani maupun pendidikan rohani. Dengan terwujudnya berbagai lembaga pendidikan yang beliau dirikan, secara langsung sudah membantu pemerintah dalam menjalankan program-programnya, yakni memberantas kebodohan dan meningkatkan moralitas bangsa agar menjadi masyarakat yang berpendidikan, santun sesuai dengan adat ketimurannya. Apalagi lembaga pendidikan yang beliau dirikan adalah berbasiskan al-Qur’an, artinya pendidikan yang mengedapankan nilai-nilai Qur’ani, masyarakat Qur’ani, berwawasan Qur’ani, berakhlak Qur’ani (membangun moral yang berbasis al-Qur’an), berjiwa Qur’ani, dan intinya adalah cinta terhadap al-Qur’an sebagai pedoman hidup (way of life) yang rahmat li al-‘alamin.


Editor by : Qowim M.
______________________________________
*) Penulis adalah Santri Mutakharrij PP. An-Nur Ngrukem Bantul Yogyakarta. Menyelesaikan studinya di Sekolah Tinggi Ilmu al-Qur’an (STIQ) An-Nur yang sekarang sedang menempuh studi S2 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada bidang Studi Agama dan Resolusi Konflik (SARK).



Post a Comment