Ads (728x90)

Technology

Lifestyle

Sports

Gallery

Random Posts

Business

Popular Posts

About US

Advertisements

pp tahfidzannur@ymail.com 21:00 A+ A- Print Email
Ahad pagi (22/9), Sekolah Tinggi Ilmu Al Qur’an (STIQ) An Nur mendapat kunjungan istimewa dari salah satu Pengusaha Muda Nahdlatul Ulama’, yaitu Bapak Ahmad Hasyim, Direktur Utama (Owner) PT Shima Kreasi Mandiri, Kawasan Sentra Industri Induk Koperasi AU Jakarta.
Kedatangan beliau sekeluarga di kampus STIQ An Nur adalah dalam rangka mengisi kuliah umum yang mengambil tema “Menjadi Pengusaha Muda”. Adapun poin- poin penting dalam uraian beliau antara lain :
1.    Kaum muslim adalah sebaik- baik umat (Q.S. Ali Imran : 110).
2.    Dari 10 sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijamin masuk surga, 8 di antaranya adalah entrepreneur (pengusaha/pedagang/saudagar), sedang 2 yang lainnya tidak.
3.    Konsep qona’ah sejatinya bukan sekedar “menerima apa adanya”, tapi lebih pas jika dimaknai dengan efektivitas serta efisien dalam berbagai hal dan keadaan.
4.    Pepatah tua tentang kehidupan seperti “Hiduplah dengan mengikuti arus” atau “Kehidupan itu seperti roda, kadang di atas kadang pula di bawah”. Jika dipahami oleh para pemilik jiwa entrepreneur maka itu semua ditolak dengan jawaban “Bahwa hanya ikan mati lah yang mengikuti arus, jika kita ingin merasakan hidup yang benar-benar hidup maka berjalanlah melawan arus, hingga kita temukan sesuatu yang luar biasa dalam perjalanan kehidupan yang kita tempuh.” Serta, ”Jikalau roda memang terus berputar ke atas dan ke bawah, maka jangan samakan kita (manusia) dengan roda! Jelas secara fisikal pun berbeda sehingga jika kita menyamakan sekalipun sebagai sebuah ibarat maka akan memunculkan pesimisme dalam kehidupan, padahal sejatinya hidup adalah pilihan, kita bisa memilih jalan hidup kita untuk terus dan terus naik, menjadi pribadi yang positif, berkualitas, bersahaja, dan tentunya luar biasa, tanpa mengalami pasang surut dalam perjalanan kehidupan kita.”
5.    Dalam menjalankan sebuah usaha, apapun bentuknya, janganlah mendikotomi/memisah-misahkan antara ibadah dan bekerja.
6.    Bahwasannya belajar yang paling cepat adalah dengan mengajar.
Pukul 12.30 stadium general ini berakhir. Setelah melaksanakan shalat Dzuhur di Kampus STIQ, rombongan keluarga Bpk. Ahmad Hasyim yang didampingi Bpk. A. Syari’uddin (Dosen STIQ An Nur) beserta istri meninggalkan pelataran kampus STIQ, diiringi wajah-wajah bersemangat para mahasiwa/i untuk terus dan bisa mengikuti jejak beliau sebagai sang entrepreneur sejati. (R_Nia) 

Post a Comment