Ads (728x90)

Technology

Lifestyle

Sports

Gallery

Random Posts

Business

Popular Posts

About US

Advertisements

Judul               : Jalan Dakwah Ulama Nusantara di Haramain Abad 17-20 M
Penulis           : Dzulkifli Amnan
Penerbit         : Pustaka Compass
Cetakan          : I, Maret 2018
Tebal               : xvi + 304 halaman

Kajian tentang Islam Nusantara tampaknya memang terus kian mengemuka. Berbagai penelitian secara intensif digalakkan, mulai dari sudut pandang praktek keberagamaan sampai pada penelusuran literatur dalam berbagai disiplin ilmu. Tentu hal ini sangat penting untuk diapresiasi. Selain dalam rangka menemukan dan mengemukakan fakta ilmiah, yang lebih penting bahwa agar generasi bangsa (terlebih generasi muslim) memahami dengan baik Islam Nusantara dari  berbagai aspeknya.
Hal ini penting, mengingat Indonesia adalah negara besar dengan penduduknya yang  mayoritas muslim (data BPS berdasarkan sensus penduduk 2010, presentase penganut agama Islam di Indonesia adalah 87,2 %, mengalami penurunan dibanding tahun-tahun sebelumnya) menjadi salah satu sorotan dunia.
Hadirnya buku “Jalan Dakwah Ulama Nusantara di Haramain Abad 17-20 M” yang ditulis oleh alumnus program doktoral di Omdurman Islamic University Sudan ini dapat dikatakan sebagai angin segar dalam ranah kajian Islam Nusantara.
Nusantara (Indonesia) yang dikenal orang Arab sejak dulu dengan sebutan Jawah (جاوة) memiliki sejarah dakwah dan keilmuan yang telah masyhur di kalangan masyarakat Arab sejak berabad-abad lamanya. Bahkan kamus-kamus biografi tokoh Arab (tarajim Arab) dan kitab jejaring keilmuan ulama (asanid) banyak mengungkap sejarah dan biografi para ulama Nusantara ‘Jawiyyin’ yang berhasil mencapai kedudukan penting dalam pengajaran (kiprahnya) di Masjidil Haram.
Selain itu, kitab-kitab tersebut juga mengungkap sumbangsih dan pengaruh para ulama Nusantara yang telah berhasil menjadi ‘masyayikh’ di Masjidil Haram. Hal ini menjadikan sejarah keilmuan dan dakwah di Nusantara tidak bisa dipisahkan dari fungsi Mekkah dan Madinah sebagai pusat dakwah dan intelektual umat Islam seluruh dunia.
Buku ini memuat tujuh bab. Pada bagian pertama; penulis mengulas tentang hubungan Nusantara dan Timur Tengah dalam hal spiritual, intelektual, dan politik. Bagian kedua, penulis memaparkan biografi 11 ulama Nusantara di Haramain pada abad ke-17 hingga abad ke-18 antara lain Syekh Abdurrauf al-Sinkili dan Syekh Yusuf al-Makassari.
Pada bab selanjutnya diungkap pula biografi ulama Nusantara di Haramain pada abad ke-19 sejumlah 20 nama, antara lain Syekh Junaid al-Batawi, Syekh Zainuddin dan Syekh Soleh Darat al-Samarani.
Adapun biografi ulama nusantara di Haramain pada abad ke-20 dipaparkan pada bab empat sebanyak 56 nama ulama, antara lain Syekh Hasyim Asy’ari dan Syekh Muhammad Mahfudz al-Tarmasi. Pada bab selanjutnya, penulis mengupas tentang dakwah ulama membumikan Islam di Nusantara, yang memuat penjelasan karya-karya ulama nusantara serta penyebaran tarekat-tarekat shufiyah di Nusantara.
Dilanjutkan paparan mengenai peran ulama dalam bentuk pembangunan pesantren dan organisasi Islam pada bab keenam, dan peran ulama nusantara dalam jihad melawan kolonial pada bab ketujuh. Dalam buku ini, penulis juga melampirkan beberapa jalur sanad ulama Nusantara dalam fiqih, aqidah, dan hadis.
Buku ini sangat direkomendasikan bagi para peminat studi Islam Nusantara, karena isinya yang cukup komprehensif untuk mengetahui lebih jauh khususnya tentang hubungan ulama Nusantara dengan Haramain dalam rentang abad 17-20 M. Banyak nama-nama ulama Indonesia yang diungkap, namun beberapa hanya dipaparkan sekelumit biografinya.
Kajian dalam buku ini berperan besar sebagai pemantik ide bagi penelitian selanjutnya untuk mengeksplor lebih jauh biografi yang lebih spesifik dari para ulama tersebut. Karena -dalam keterbatasan pengetahuan- menurut peresensi, kiranya ada lebih banyak lagi sesungguhnya yang belum dipaparkan dalam buku ini. Antara lain biografi KH. Muhammad Munawwir Krapyak yang notebene adalah maha guru al-Qur’an di Indonesia yang juga memiliki pertalian keilmuan dengan Haramain.
*Khusnia Nurdaniati
(Alumni PP. An Nur Bantul, aktif sebagai peneliti muda)

Post a Comment