Judul
|
:
|
Gus
Dur Penggerak Dinamisasi Pendidikan Pesantren
|
Penulis
|
:
|
Rohani
Shidiq
|
Penerbit
|
:
|
Istana
Publishing
|
Cetakan
|
:
|
I,
Juli 2015
|
Tebal
|
:
|
xxiv
+ 220 halaman
|
Kiai haji Abdurrahman
Wahid (Gus Dur) disebut sebagai tokoh yang “berangkat
dari pesantren, kembali ke pesantren dan berjuang melalui (dan untuk)
pesantren”. Sebuah pernyataan dari hasil analisis Rohani Shidiq terhadap sosok
Gus Dur. Rohani, penulis buku ini mengajak pembaca untuk ikut mendalami
“gerakan” Gus Dur dalam proses dinamisasi pendidikan pesantren. Maka tidak
heran kalau pembahasan didalamnya banyak mengulas tentang dinamisasi ala Gus
Dur.
Pada bagian pertama,
pembaca diberi penjelasan terkait pentingnya dinamisasi yang perlu dilakukan
Gus Dur untuk memajukan pendidikan Islam secara umum. Berikutnya di bagian
kedua, penulis mengulas tentang rekam jejak (baca: perjalanan intelektual) Gus
Dur sejak menggeluti pelajaran di pesantren rintisan kakeknya (KH. Hasyim
Asy’ari), sampai kepemimpinannya di PBNU yang intens melakukan pembaharuan
pendidikan Islam.
Dalam melakukan
pembaharuan, Gus Dur menyandarkan pada tiga ranah, yaitu: pertama dari segi metodologi. Gus Dur memperkenalkan dan
mengembangkan metode ilmiah popular dimana sumber kebenaran tidak bersifat
monolitik; kedua dari segi substansi
ajaran agama. Gus Dur tidak hanya bersandar secara pasif terhadap dogma-dogma
pesantren, akan tetapi dengan lihai melakukan dialog dan kritikan terhadap
nilai-nilai dogmatis di pesantren itu sendiri, dan; ketiga dalam memandang problem kemasyarakatan lebih mementingkan
substansi dan menjauhi formalisme. (hal. 21).
Pada bagian
selanjutnya, penulis menguraikan berbagai pemikiran Gus Dur yang terasa
menyegarkan dunia pendidikan Islam di tanah air. Kemudian di bagian kelima,
pembaca dapat mengetahui sejauhmana perjuangan Gus Dur dalam mengaplikasikan ide-ide
cemerlangnya, termasuk tantangan yang berhasil dihadapinya dengan arif dan
bijak.
Sungguh menarik apa
yang disajikan dalam buku ini. Membacanya seakan kita kian mengenal Gus Dur
yang memang patut memperoleh kehormatan sebagai Guru Bangsa. Adapun sub judul
yang terlalu banyak menghadirkan kesan kalau buku ini tidak ditulis secara
“utuh”. Artinya, ada kemungkinan karya ini merupakan kumpulan dari puluhan
artikel yang berbeda-beda tema dan waktu penulisannya. Meski demikian, buku
yang ditulis oleh lulusan UNSIQ Wonosobo ini tetap penting dijadikan referensi
bagi santri, dosen, mahasiswa dan para pengagum Gus Dur.
Post a Comment