(PONDOK-NGRUKEM, 8/3/2014)
Pengajian kitab Attibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an (‘alaa qiro’ati al ustadz Khoirun Niat, MA)
_Biografi Imam An Nawawi_
Nama dan silsilah Imam An Nawawi adalah Muhyiddin, Abu Zakaria Yahya bin Syarof bin Muroi bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An Nawawi Ad Dimasyqi. Beliau lahir di Nawa, Juron pada tahun 631 H. Kakek beliau yang bernama Hizam pada mulanya berkelana sebagaimana tradisi Arab hingga pada akhirnya menetap di Nawa dan beranak cucu di sana.
Sejak kecil para ahl fadhl (pemuka/ ulama’) telah melihat keistimewaan dan kecerdasan pada diri Imam An Nawawi. Mereka menyampaikan hal tersebut pada ayahnya, sehingga ayahnya pun mengarahkan untuk menghafalkan al Qur’an, mempelajari beragam ilmu, serta meninggalkan segala bentuk permainan. Teman-teman kecilnya banyak yang tidak suka beramain dengannya, hingga ia lari dan menangis, namun pelariannya adalah membaca al Qur’an. Karena mulazamahnya yang begitu gigih, ia dapat menghafal al Qur’an bahkan sebelum baligh.
Ketika usia 19 tahun, ayah An Nawawi mengirimnya ke Damaskus untuk belajar di Madrasah Rawahiyah. Pada tahun itu (649 H), ia dapat menghafal kitab At Tanbih selama empat setengah bulan. Ia membaca kitab Al Muhadzdzab karya Asy Syirazi kepada gurunya, Ishaq bin Ahmad bin Utsman Al Maghriby Al Muqoddasy(Guru pertama An Nawawi dalam bidang fiqih). An Nawawi begitu gigih dalam mulazamah kepada gurunya tersebut, sehingga sang guru pun begitu takjub, sangat menyayanginya, serta menjadikannya penerus halaqoh para jama’ah beliau.
Guru An Nawawi sangat banyak, antara lain; Syaikhusysyuyukh Abdul Aziz bin mUhammad al Anshori, Zainuddin bin ‘Abduddaim, ‘Imaduddin bin Abdul Karim al Hiristany, dll
Murid-murid An Nawawi juga sangat banyak, antara lain; Al Khothib Shodruddin Sulaiman Al Ja’fari, Syihabuddin Al Arbadi, Syihabuddin bin Ja’wan, dll
Kegigihan An Nawawi: Ia membaca (sorogan) kepada gurunya 12 pelajaran dalam sehari, antara lain kitab Al Wasith karya Al Ghazali, Al Muhadzdzab karya Asy Syirazi, Al Jam’u baynash shohihain karya Al Humaidi, Shohih Muslim, Al Lam’I, Ishlahul Manthiq, Tashrif, Ushulul fiqh, Asma’urrijal, Ushuluddin, dsb. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar, bahkan saat dalam perjalanan, juga kuat mujahadahnya, sehingga dalam waktu singkat ia dapat menjadi seorang muhaddits, ahli dalam fiqih dan ushul, serta menjadi pedoman dalam madzhab Imam Syafi’I dan lainnya. Ia juga diangkat menjadi Syaikh di Darul Hadits Al Asyrofiyah Al Aula.
Ada 3 hal yang mendukung An Nawawi sehingga menjadi orang hebat; 1. Mengosongkan pikiran dan hati dari segala godaan dunia 2. Kesungguhannya mengumpulkan kitab untuk mengetahui ilmu dan pandangan/ pendapat para ulama’ 3. Niat yang baik, wira’I, zuhud, dan etika yang baik. Hingga wafatnya pada usia 45 tahun, ia telah menjadi orang besar yang penuh dengan ilmu. (_1_)
Pengajian kitab Attibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an (‘alaa qiro’ati al ustadz Khoirun Niat, MA)
_Biografi Imam An Nawawi_
Nama dan silsilah Imam An Nawawi adalah Muhyiddin, Abu Zakaria Yahya bin Syarof bin Muroi bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam An Nawawi Ad Dimasyqi. Beliau lahir di Nawa, Juron pada tahun 631 H. Kakek beliau yang bernama Hizam pada mulanya berkelana sebagaimana tradisi Arab hingga pada akhirnya menetap di Nawa dan beranak cucu di sana.
Sejak kecil para ahl fadhl (pemuka/ ulama’) telah melihat keistimewaan dan kecerdasan pada diri Imam An Nawawi. Mereka menyampaikan hal tersebut pada ayahnya, sehingga ayahnya pun mengarahkan untuk menghafalkan al Qur’an, mempelajari beragam ilmu, serta meninggalkan segala bentuk permainan. Teman-teman kecilnya banyak yang tidak suka beramain dengannya, hingga ia lari dan menangis, namun pelariannya adalah membaca al Qur’an. Karena mulazamahnya yang begitu gigih, ia dapat menghafal al Qur’an bahkan sebelum baligh.
Ketika usia 19 tahun, ayah An Nawawi mengirimnya ke Damaskus untuk belajar di Madrasah Rawahiyah. Pada tahun itu (649 H), ia dapat menghafal kitab At Tanbih selama empat setengah bulan. Ia membaca kitab Al Muhadzdzab karya Asy Syirazi kepada gurunya, Ishaq bin Ahmad bin Utsman Al Maghriby Al Muqoddasy(Guru pertama An Nawawi dalam bidang fiqih). An Nawawi begitu gigih dalam mulazamah kepada gurunya tersebut, sehingga sang guru pun begitu takjub, sangat menyayanginya, serta menjadikannya penerus halaqoh para jama’ah beliau.
Guru An Nawawi sangat banyak, antara lain; Syaikhusysyuyukh Abdul Aziz bin mUhammad al Anshori, Zainuddin bin ‘Abduddaim, ‘Imaduddin bin Abdul Karim al Hiristany, dll
Murid-murid An Nawawi juga sangat banyak, antara lain; Al Khothib Shodruddin Sulaiman Al Ja’fari, Syihabuddin Al Arbadi, Syihabuddin bin Ja’wan, dll
Kegigihan An Nawawi: Ia membaca (sorogan) kepada gurunya 12 pelajaran dalam sehari, antara lain kitab Al Wasith karya Al Ghazali, Al Muhadzdzab karya Asy Syirazi, Al Jam’u baynash shohihain karya Al Humaidi, Shohih Muslim, Al Lam’I, Ishlahul Manthiq, Tashrif, Ushulul fiqh, Asma’urrijal, Ushuluddin, dsb. Ia menggunakan seluruh waktunya untuk belajar, bahkan saat dalam perjalanan, juga kuat mujahadahnya, sehingga dalam waktu singkat ia dapat menjadi seorang muhaddits, ahli dalam fiqih dan ushul, serta menjadi pedoman dalam madzhab Imam Syafi’I dan lainnya. Ia juga diangkat menjadi Syaikh di Darul Hadits Al Asyrofiyah Al Aula.
Ada 3 hal yang mendukung An Nawawi sehingga menjadi orang hebat; 1. Mengosongkan pikiran dan hati dari segala godaan dunia 2. Kesungguhannya mengumpulkan kitab untuk mengetahui ilmu dan pandangan/ pendapat para ulama’ 3. Niat yang baik, wira’I, zuhud, dan etika yang baik. Hingga wafatnya pada usia 45 tahun, ia telah menjadi orang besar yang penuh dengan ilmu. (_1_)
Post a Comment