Malam sabtu lalu,
tepatnya 7 Juni 2013 / 29 Rajab 1434, Pondok Pesantren An Nur mengadakan
peringatan isra’ mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, acara kali ini dilaksanakan di gedung Sekolah Tinggi Ilmu Al
Qur’an (STIQ) An Nur, yang berlokasi kurang lebih 200 meter dari gedung
pesantren. Perpindahan
lokasi -yang biasanya di aula Pesantren- ini terkait dengan kuantitas santri An Nur yang jumlahnya lebih dari seribu santri mukim (berdomisili di Pondok Pesantren An Nur. Sehingga, jumlah tersebut tentu sudah
melebihi kapasitas aula yang berukuran dua kali 12x5 m. Disamping itu, apabila
acara diadakan di halaman pesantren –yang bisa menampung ribuan santri- tentu
akan beresiko karena cuaca yang sedang mengalami curah hujan tinggi.
Seusai shalat
isya berjama’ah, para santri beriringan menuju kampus STIQ An Nur. Untuk
menjaga ketertiban, pengurus putra dan putri memandu santri-santri dari
pesantren sampai lokasi acara. Dalam penempatannya, santri putra dipersilakan
menempati bagian selatan, sedangkan santri putri menempati bagian barat dan timur
dalam gedung. Setelah para santri duduk sesuai dengan tempat yang telah
disediakan, maka acara yang dipandu oleh Master of Ceremony (MC) Ahmad
Sirojuddin, santri asal Sragen, kelas XI IPA MA Al Ma’had An Nur ini dimulai
dengan pembacaan Maulid Simthudduror oleh grup hadroh “putra” PP. An Nur
dan diikuti seluruh santri. Suasana begitu semarak, para santri tampak antusias
bershaawat.
(pukul 21.00),
Bapak H. M. Ikhsanudin, M.SI. selaku pembicara dalam peringatan isra’ mi’raj
kali ini rawuh. Kedatangan beliau disambut hangat oleh jajaran pengurus
putra. Beberapa menit berikutnya, Bapak H. Ikhsanudin mulai menyampaikan
ma’uidzoh khasanah. Beliau memaparkan tentang bagaimana kisah isra’ mi’raj
Nabi Muhammad SAW. menurut beragam versi. Dijelaskan pula tentang begitu
mulianya sirah nubuwwah keseharian Nabi, ketika dalam keluarga, umatnya.
Bahkan kemuliaan akhlaq beliau kepada orang- orang kafir Quraisy dan golongan
munafiqin yang menentang risalah Islam juga turut disampaikan.
Di akhir ma’uidzoh, beliau memberi nasehat kepada para
santri PP. An Nur untuk memahami pelajaran penting yang terkandung dalam
peristiwa isra’ mi’raj. Hal ini perlu dipahami dengan baik, karena menurut
beliau dalam isra’ mi’raj terdapat tiga bekal yang dibawa oleh Nabi,
yakni; iman, hikmah, dan ilmu pengetahuan. Maka, hendaknya ini juga menjadi
bekal santri dalam mengarungi kehidupan, khususnya dalam rangka menegakkan
agama Islam. (9_nd)
Post a Comment