Buku adalah jendela dunia. Ungkapan ini bukan sekadar ‘tong kosong berbunyi nyaring’, tetapi merupakan fakta yang memang menggambarkan betapa berharganya buku bagi kehidupan manusia. Melalui buku, kita dapat mengetahui dan memahami kondisi geografis sebuah wilayah, bagaimana karakter masyarakatnya, sistem pemerintahannya dan aneka kekayaan sumber alamnya meski tidak mengunjungi langsung wilayah tersebut. Walaupun belum seutuhnya memenuhi rasa keingintahuan kita, namun berkat membaca buku setidaknya kita menjadi lebih arif dan bijak ketika berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda ras, suku, bangsa maupun agama. Dan ini baru satu contoh kecil saja dari manfaat buku. Ada beragam aspek positif lainnya yang tercermin dari budaya membaca.
Sayangnya, masih banyak masyarakat di tanah air yang belum juga tergerak untuk gemar membaca. Bermacam argumen dilontarkan guna menepis anggapan bahwa masyarakat Indonesia memang malas membaca. Mulai dari minimnya akses memperoleh buku, harga buku yang mahal sampai pada sedikitnya waktu luang untuk membaca. Hal ini tentu bertolak belakang dari kenyataan yang menyapa dalam kehidupan sehari-hari. Di Yogyakarta sangat mudah ditemui pusat perdagangan buku, seperti Social Agency, Shopping Center atau pameran buku yang digelar rutin tiap tahunnya di Mandala Bakti Wanitatama dan Jogja Expo Center (JEC). Belum lagi keberadaan kios-kios buku yang tersebar di sekitar kampus, sekolah, pesantren, masjid dan bahkan di pasar.
Kalaupun yang menjadi kendala adalah mahalnya harga buku, maka kita perlu berpikir ulang, berapa rupiah yang dikeluarkan untuk belanja di Mall, membeli pulsa, rokok, aksesoris motor dan lain sebagainya. Buku tidaklah menguras harta kita, justru dengan rajin membeli buku kekayaan kita kian berlipat ganda. Bukan hanya kekayaan materi saja, tetapi juga kekayaan batin. Di dalam buku terdapat rangkaian kata yang membangun jiwa, melijitkan potensi dan mengantarkan pada kesuksesan. Sedangkan bagi mereka yang kurang memiliki biaya untuk membeli buku, silahkan kunjungi Perpustakaan Daerah (Perpusda) yang dikelola pemerintah maupun Perpustakaan Swadaya Masyarakat yang ada. Terlebih, kini pihak pengelola Perpusda juga memnyediakan layanan Pusling (Perpustakaan Keliling) yang merambah desa paling pelosok sekalipun.
Alhasil, tidak ada kata sulit apabila kita memiliki tekad kuat untuk terus berusaha menambah wawasan melalui bacaan yang sehat. Dari bacaan yang sehat inilah kemudian terwujud masyarakat belajar yang cerdas dan berkualitas, masyarakat yang santun dan berbudaya, serta masyarakat yang terlatih dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup secara bijak. Buku dan media cetak lainnya ( kitab, manuskrip, koran dan majalah) merupakan mutiara peradaban. Kebangkitan atau tingginya sebuah peradaban selalu ditandai oleh seberapa banyak dan berkualitasnya karya tulis yang dibuat. Orang-orang besar yang berhasil melahirkan karya tulis menjadi bintang zaman. Misalnya, kita mengenal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dikenal sebagai tokoh demokrasi dan pluralisme melalui tulisan-tulisannya. Dari tulisan serta dibarengi tindakan nyata inilah yang pada akhirnya mengantarkan beliau mendapat sebutan Sang Guru Bangsa.
Tinggi dan rendahnya minat baca masyarakat sangat bergantung pada sikap masyarakat yang menganggap penting atau tidak pentingnya suatu informasi. Artinya, untuk meningkatkan budaya baca ditengah-tengah aktifitas masyarakat harus berbanding lurus dengan bagaimana memberikan kesadaran tentang betapa pentingnya informasi dalam kehidupan. Selama informasi dianggap tidak penting, selama itu pula minat baca akan tetap terpinggirkan. Pemerintah, penerbit, pustakawan dan pecinta buku perlu menggiatkan lagi kampanye gemar membaca, deregulasi industri penerbitan buku dan juga diimbangi keseriusan penulis agar terus berusaha menghasilkan karya yang bermutu. Dan selanjutnya, perlahan namun pasti, kita dapat bangkit dari ketertinggalan dan keterpurukan untuk melakukan perubahan demi menggapai cita peradaban yang telah bertahun-tahun diangankan founding fathers bangsa ini. Semoga.
Bantul, 13 Juni 2010
*Muhammad Taufik
Pecinta Buku
Alhasil, tidak ada kata sulit apabila kita memiliki tekad kuat untuk terus berusaha menambah wawasan melalui bacaan yang sehat. Dari bacaan yang sehat inilah kemudian terwujud masyarakat belajar yang cerdas dan berkualitas, masyarakat yang santun dan berbudaya, serta masyarakat yang terlatih dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup secara bijak. Buku dan media cetak lainnya ( kitab, manuskrip, koran dan majalah) merupakan mutiara peradaban. Kebangkitan atau tingginya sebuah peradaban selalu ditandai oleh seberapa banyak dan berkualitasnya karya tulis yang dibuat. Orang-orang besar yang berhasil melahirkan karya tulis menjadi bintang zaman. Misalnya, kita mengenal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang dikenal sebagai tokoh demokrasi dan pluralisme melalui tulisan-tulisannya. Dari tulisan serta dibarengi tindakan nyata inilah yang pada akhirnya mengantarkan beliau mendapat sebutan Sang Guru Bangsa.
Tinggi dan rendahnya minat baca masyarakat sangat bergantung pada sikap masyarakat yang menganggap penting atau tidak pentingnya suatu informasi. Artinya, untuk meningkatkan budaya baca ditengah-tengah aktifitas masyarakat harus berbanding lurus dengan bagaimana memberikan kesadaran tentang betapa pentingnya informasi dalam kehidupan. Selama informasi dianggap tidak penting, selama itu pula minat baca akan tetap terpinggirkan. Pemerintah, penerbit, pustakawan dan pecinta buku perlu menggiatkan lagi kampanye gemar membaca, deregulasi industri penerbitan buku dan juga diimbangi keseriusan penulis agar terus berusaha menghasilkan karya yang bermutu. Dan selanjutnya, perlahan namun pasti, kita dapat bangkit dari ketertinggalan dan keterpurukan untuk melakukan perubahan demi menggapai cita peradaban yang telah bertahun-tahun diangankan founding fathers bangsa ini. Semoga.
Bantul, 13 Juni 2010
*Muhammad Taufik
Pecinta Buku
Post a Comment