Empat puluh tahun sudah (1978-2017 M.),
Pondok Pesantren An Nur berbakti untuk negeri. Mendidik karakter islami bagi
para santri agar berbenah diri. Menguatkan tekad santri-santri dalam beribadah
pada Ilahi. Menghafal al-Qur’an dan mendalami kitab kuning menjadi inti
pembelajaran di pesantren ini. Sungguh, betapa dahsyatnya anugerah Allah subhanahu
wa ta’ala yang telah menjadikan PP. An Nur dicintai masyarakat luas, dari
Sumatera hingga Papua, dari masyarakat pedesaan maupun perkotaan.
Empat puluh tahun sudah, PP. An Nur memancarkan
cahaya kebaikan. Ribuan santri telah merasakan manfaat yang penuh makna. Ribuan
alumni memiliki kesan mendalam saat menimba ilmu di pesantren rintisan KH.
Nawawi ini (selanjutnya ditulis; mbah kyai). Kesantunan, ketegasan,
keistiqomahan dan kesabaran mbah kyai sewaktu membimbing santri tentu
merupakan hal yang paling berkesan. Para santri yang pernah mengaji langsung,
terutama yang menyetorkan hafalan al-Qur’an pastinya masing-masing memiliki
kisahnya tersendiri. Sedangkan mereka yang tidak berkesempatan mengaji langsung
dihadapan beliau, juga banyak yang turut merasakan pengalaman istimewa dalam
kejadian tak terduga. Realitas tersebut hanyalah sedikit gambaran dari apa yang
terekam selama mbah kyai mendampingi santri-santri.
Empat puluh tahun sudah, PP. An Nur berproses
membangun dan mengembangkan lembaga pendidikan; Madrasah Diniyah Al-Furqon
(MDA), Taman Pendidikan al-Qur’an (TPQ), kemudian Madrasah Tsanawiyah (MTs),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Tinggi ilmu al-Qur’an (STIQ), dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang baru saja dirintis. Setiap tahunnya, jumlah santri putra
dan putri terus bertambah pesat. Awal tahun 2017 ini tercatat sekitar lebih
dari 1.500 santri yang bermukim di PP. An Nur. Tingginya animo orang tua untuk memondokkan
anaknya merupakan kabar gembira bagi keberlangsungan dakwah Islam. Kondisi ini
tentu membuahkan kebaikan yang berlipat-lipat.
Majelis ilmu yang telah dirintis oleh pendiri PP. An
Nur akan terus berlanjut melalui kesucian niat dan keistiqomahan mengaji para
santri. Demikian pula gerakan dakwah alumni yang berpegang teguh pada teladan mbah
kyai; santun, tegas, istiqomah dan sabar. Sehingga mengundang simpati
masyarakat untuk kemudian juga mempercayakan pendidikan anak-anaknya di PP. An
Nur. Selama lima tahun terakhir, alumni kian aktif mengadakan majelis-majelis
ilmu; sima’an al-Qur’an, muqodaman maupun tadarus al-Qur’an.
Baik secara mandiri atau berkelompok mulai dari lingkup kecamatan,
kabupaten/kota hingga provinsi. Selain itu, tidak sedikit alumni yang memilih
jalan dakwah lewat mimbar pengajian. Adapula yang memiliki kemampuan dan kesempatan
untuk mendirikan pesantren beserta lembaga pendukung lainnya.
Agenda besar Silaturahmi Nasional (Silatnas) yang
direncanakan 1-2 April 2017 merupakan momentum emas karena dapat mempertemukan
alumni dari seluruh angkatan, lintas generasi dari berbagai penjuru Tanah Air. Pada
kesempatan itu pula, akan ada banyak hal yang dibahas terkait perkembangan PP.
An Nur di tahun-tahun mendatang. Merajut cinta pada almamater An Nur -dan sesama
alumni-, kemudian bersama-sama membangun asa untuk berjuang demi meraih ridho
Ilahi kiranya adalah maksud utama dari diselenggarakannya acara Silatnas I ini.
Akhirnya, sebagai kalimat penutup; kapanpun dan dimanapun kita tetap santri. Semoga (*MT auf iqbali)
Post a Comment