LIPUTAN SEMARAK HARLAH
DI PONDOK PESANTREN AN NUR PUTRI
1. Little Miss (6 & 13 November 2014)
Kalau biasanya yang diperebutkan adalah gelar Miss An Nur, nah pada Harlah kali ini Sie. Acara membuatnya sedikit berbeda yakni Little Miss. Jadi kriteria peserta Little Miss antara lain; usia antara 10-15 tahun, minimal hafal juz ‘amma, segi intelektual, bakat, fashionable pun menjadi acuan penilaian para juri yaitu; Ning Isna, Ning Iffat, dan Miss Izah. Bisa dibayangkan adik-adik kecil kita yang cantik-cantik dengan bakat dan talenta yang luar biasa, berdiri di panggung Little Miss menjawab pertanyaan-pertanyaan dari para juri tentang karakter, pengetahuan agama dan umum, termasuk di tes pula hafalan Al Qur’an mereka. Woww banget dah..cantik iya, pinter iya, hafal Al Qur’an iya, bakat TOP!! Subhanallah.
2. Fashion Show (17 November 2014)
Berbeda dengan Little Miss, karena dalam fashion show yang dilombakan adalah kreativitas per komplek membuat gaun indah yang berasal dari bahan daur ulang. Lomba ini berawal dari tantangan dari Ibu Nyai Hj. Lilik Nur Kholida pada harlah tahun lalu kepada seluruh komplek untuk merancang busana yang berasal dari bahan daur ulang. Mengingat manfa’atnya yang sangat besar dari segi mengolah kreativitas dan bentuk perhatian terhadap lingkungan sekitar maka lomba ini pun dijadikan termasuk lomba yang wajib ada pada harlah setiap tahunnya.
Lalu bagaimana saja kreativitas itu menjelma dalam beragam gaun? Yupz, dari Komplek Al Jannah terinspirasi dari musim hujan yang menjadi salah satu penyebab santri-santri sering laundry, maka gaun yang dihasilkan berbahan plastik-plastik bekas laundry, sedangkan nota-nota laundry pun tak kalah fungsi menjadi aksesoris pelengkap yaitu payung. Dari Komplek Ar Roudloh, menyuguhkan gaun yang pada awalnya berupa pakaian mabarrot yang tak layak pakai lalu disulap dengan menempelkan tutup-tutup botol bekas dengan pola yang indah pada bagian rok, dan rompi yang berupa anyaman sedotan bekas. Komplek Al Hikmah, menghasilkan gaun yang berasal dari bungkus-bungkus jajanan serta bungkus rokok yang dikumpulkan dari sampah-sampah MM dan kantin. Komplek Al Jadidah tak ketinggalan merancang gaun yang berbahan bekas kemasan-kemasan mulai dari rinso, jajanan, dsb membentuk pita-pita kecil, sedang, dan besar, yang filosofinya adalah kebersamaan dengan latar belakang usia yang beragam. Komplek Al Aziziyah merancang busana dari bungkus-bungkus mie Sedap, Komplek Al Maghfiroh menyuguhkan gaun yang berbahan dasar dari plastik, serta Komplek Al Khodijah yang merancang busana perpaduan dari plastik, kemasan-kemasan jajan, bungkus-bungkus bekas yang disulap menjadi gaun-gaun yang indah, sarat kreasi dan inovasi.
Berbeda dengan Little Miss, karena dalam fashion show yang dilombakan adalah kreativitas per komplek membuat gaun indah yang berasal dari bahan daur ulang. Lomba ini berawal dari tantangan dari Ibu Nyai Hj. Lilik Nur Kholida pada harlah tahun lalu kepada seluruh komplek untuk merancang busana yang berasal dari bahan daur ulang. Mengingat manfa’atnya yang sangat besar dari segi mengolah kreativitas dan bentuk perhatian terhadap lingkungan sekitar maka lomba ini pun dijadikan termasuk lomba yang wajib ada pada harlah setiap tahunnya.
Lalu bagaimana saja kreativitas itu menjelma dalam beragam gaun? Yupz, dari Komplek Al Jannah terinspirasi dari musim hujan yang menjadi salah satu penyebab santri-santri sering laundry, maka gaun yang dihasilkan berbahan plastik-plastik bekas laundry, sedangkan nota-nota laundry pun tak kalah fungsi menjadi aksesoris pelengkap yaitu payung. Dari Komplek Ar Roudloh, menyuguhkan gaun yang pada awalnya berupa pakaian mabarrot yang tak layak pakai lalu disulap dengan menempelkan tutup-tutup botol bekas dengan pola yang indah pada bagian rok, dan rompi yang berupa anyaman sedotan bekas. Komplek Al Hikmah, menghasilkan gaun yang berasal dari bungkus-bungkus jajanan serta bungkus rokok yang dikumpulkan dari sampah-sampah MM dan kantin. Komplek Al Jadidah tak ketinggalan merancang gaun yang berbahan bekas kemasan-kemasan mulai dari rinso, jajanan, dsb membentuk pita-pita kecil, sedang, dan besar, yang filosofinya adalah kebersamaan dengan latar belakang usia yang beragam. Komplek Al Aziziyah merancang busana dari bungkus-bungkus mie Sedap, Komplek Al Maghfiroh menyuguhkan gaun yang berbahan dasar dari plastik, serta Komplek Al Khodijah yang merancang busana perpaduan dari plastik, kemasan-kemasan jajan, bungkus-bungkus bekas yang disulap menjadi gaun-gaun yang indah, sarat kreasi dan inovasi.
3. Thousand Foot (14 November 2014)
Wah, lomba apa itu yaa??kalo dari arti per kata nya berarti kaki seribu. Bagaimana bisa wong pesertanya adalah para santri An Nur?owh ternyata itu sebutan untuk lomba bakiak raksasa yang menguji kekompakan peserta dari masing-masing komplek. Tapi baru satu kali putaran ternyata bakiak raksasa yang pada hari sebelumnya dibuat oleh tangan-tangan kreatif kang Sa’dul dan kang Umam tiba-tiba lepas. Akhirnya panitia pun memutar otak dan mengganti bakiak raksasa dengan mengikatkan rafia yang sambung menyambung mengikat kaki peserta, dengan meletakkan balon di depan perut, dan peserta yang paling depan menggigit sendok yang berisi kelereng. Jadilah lomba Thousand foot itu tetap semarak meskipun dikemas berbeda dari konsep awalnya, dan Komplek Al Hikmah keluar sebagai juara.
4. Lomba Wudhu dan Tayammun (7 November 2014)
Selain menguji pengetahuan para peserta dalam hal teori tata cara berwudlu dan tayammum, peserta juga diuji praktek ketepatan wudlu dan tayammum tersebut. Ya, karena kedua hal ini merupakan dasar ilmu fiqih tentang cara menghilangkan hadas yang harus dipahami dengan benar oleh semua orang Islam, maka secara teori harus oke lebih-lebih secara praktek haruslah lebih oke.
5. Lomba menghilangkan najis (14 November 2014)
Kalau wudlu dan tayammum adalah bagian penting dalam tata cara menghilangkan hadas, maka kemampuan dan pengetahuan tentang menghilangkan najis pun sangatlah penting. Maka dalam sesi lomba menghilangkan najis pun seluruh peserta diuji seputar pemahaman mereka tentang najis sekaligus praktek untukmensucikan najis.
6. Puisi Berantai (6 & 10 November 2014)
Ini adalah lomba ekstern pertama yang bertempat di aula III. Mengingat santri An Nur yang jumlahnya mencapai ribuan dengan antusisme yang luar biasa, maka aula III pun rasanya sesak. Tak mengapa, sesak pun tak menghalangi kemeriahan meyaksikan para peserta lomba puisi berantai. Para peserta dengan ekspresi yang ‘dapet’, yang sangat menjiwai peran masing-masing, dan tak ketinggalan pula dewan juri yang merupakan sastrawan-sastrawan luar biasa yaitu; kak Topik, kak Qowim, kak Syukron, kak Salma, kak Inay, dan kak Vivi.
7. Water Glass (7 November 2014)
Caranya adalah memindahkan air dari ember yang berada di ujung timur ke ember yang berada di ujung barat. Tak sekedar memindahkan, karena alat yang dipakai adalah bekas aqua gelas yang diikat ujung-ujungnya dengan enam tali rafia. Sehingga peserta dari masing-masing komplek yang berjumlah enam orang dituntut harus mampu saling bekerjasama untuk memindahkan air sedikit demi sedikit dengan memegang ujung tali rafia itu. Sampai babak final, akhirnya Komplek Ar Roudloh lah yang berhasil menjadi juara.
8. Lomba Kebersihan Komplek dan Mading
Dalam rangka memeriahkan HARLAH An Nur ke-38 diadakan lomba kebersihan komplek yang penilaiannya meliputi kebersihan, kerapian dan keindahan, kelengkapan, kreatif dan inovatif, serta mading. Dan inilah hasil kreativitas santri-santri komplek putri.
#Untuk liputan lomba-lomba lain menyusul…he masih ada lomba Musabaqoh Qiro’atil Kutub (MQK), MHQ, MSQ, Festival Sholawat dll.
Post a Comment